Review Film Superman (2025) – Membangkitkan Era DC Baru 🚀

Gunn’s bold Superman reboot blends heart, hope & modern themes. Bright visuals, humanized Clark, but cluttered plot & CGI wobble. A fresh DCU dawn.

Superman (2025)

Citcet.comDisutradarai dan ditulis oleh James Gunn, film ini menghadirkan reboot segar bagi ikon DC, diawali dengan Clark Kent (David Corenswet) sudah aktif bertindak sebagai Superman sejak tiga tahun terakhir—tanpa kembali ke asal-usul seperti pada film sebelumnya .

1. Alur dan Fokus Cerita

Alih-alih origin story, Gunn memulai cerita saat Superman sedang sibuk mengatasi konflik global, termasuk intervensi militer terhadap Boravia dan Jarhanpur. Clark sudah bekerja di Daily Planet, dekat dengan Lois Lane (Rachel Brosnahan) yang telah mengetahui identitas rahasianya sejak lama.

Konflik tajam berpusat pada ancaman yang dipimpin oleh Lex Luthor (Nicholas Hoult), yang memanipulasi opini publik tentang Superman—menggemakan isu imigrasi dan kekuatan korporasi. Pemaparannya lugas, menonjolkan tema sosial-politik modern.

Superman (2025)
Superman digiring pasukan bersenjata bersama metahuman, salah satu adegan tegang dari film Superman (2025) garapan James Gunn. (FOTO: IST)

2. Karakter & Akting

  • David Corenswet membawa Clark/Superman yang hangat, penuh harapan, ekspresif—menonjolkan sisi “manusia” di balik superpower-nya. Meski performanya diapresiasi, beberapa kritikus menyebutnya kurang punya wibawa khas Superman klasik .

  • Rachel Brosnahan sebagai Lois Lane memberikan keseimbangan emosional, rasa cemas dan dukungan yang kuat terhadap Clark.

  • Nicholas Hoult tampil sebagai Lex Luthor yang cerdik, gelap, dan ambisius—menimbulkan ancaman nyata sekaligus refleksi atas tema korporasi & teknologi.

Supporting cast seperti Nathan Fillion (Green Lantern), Isabela Merced (Hawkgirl), Edi Gathegi (Mr. Terrific), dan Jimmy Olsen memastikan film ini terasa sebagai tim—bukan sekadar solo hero

3. Visual & Estetika

Gaya visual film sangat berbeda dari era gelap sebelumnya (Snyder), kini lebih cerah dan penuh warna—resonansi estetika komik klasik. Beberapa perpaduan CGI dan practical effect mendapat pujian karena menonjolkan dunia yang hidup . Namun, adegan klimaks dikritik karena efek digital yang kurang mulus .

4. Nada & Humor

Gunn membawa tone ringan, hangat, penuh humor—menyeimbangkan tema berat dengan momen komedi, seperti interaksi dengan Krypto the Superdog. Humor ini disukai, tapi ada juga yang menganggapnya “anak-anak” dan mengganggu mood beberapa adegan dramatis.

5. Tema & Pesan

  • Identitas & Imigrasi: Superman sebagai “pendatang” di Bumi, menegaskan tema keragaman dan empati terhadap imigran.

  • Empati & Harapan: Cerita menekankan kekuatan kebaikan dasar—Superman sebagai cermin aspirasi manusiawi.

  • Rivalitas Ideologis: Luthor mewakili dominasi teknologi dan korporasi, menantang nilai-nilai moral sang hero .

6. Musik & Soundtrack

Skor karya John-Fleming & David-Fleming menyajikan campuran orkestra baru dan motif klassik dari John Williams. Meski beberapa adegan terasa repetitif secara musikal, keseluruhannya energik dan mendukung nuansa heroik.

7. Penerimaan Kritik & Penonton

  • Rotten Tomatoes: 82–87 % kritikus, 93–96 % penonton .

  • CinemaScore: “A−”, dengan 86 % penonton merekomendasikan film ini.

  • Kritik positif menyoroti keseimbangan narasi, visual, dan kedalaman karakter .

  • Kritik negatif menyebut CGI berlebihan, plot terlalu padat, dan tone yang gak konsisten.

8. Kontroversi Mematikan Ultraman

Reboot inipun kontroversial sa’at Superman membunuh Ultraman, clone Luthor, tanpa beban moral yang mendalam,berbeda dari versi Snyder. Tindakan ini memicu debat etika di kalangan penonton dan kritikus.


Kesimpulan & Nilai Akhir

Superman (2025) adalah reboot yang berani & berwarna, memperkenalkan Superman modernlebih manusiawi, penuh harapan, dan kontekstual dgn isu zaman. David Corenswet tampil sesuai meski kurang kharisma klasik; Rachel Brosnahan dan Nicholas Hoult jadi kekuatan pendukung signifikan. Visual cerah, tone ringan, dan tema sosial-politik menengah menjadikannya entry point menarik untuk DCU baru.

Namun, kekurangan seperti efek CGI yang inkonsisten, plot yang kepenuhan karakter, dan beberapa tonal shift drastis tidak bisa diabaikan. Meski demikian, penerimaan publik dan kritikus cukup positif, menunjukkan film ini menyuguhkan alternatif segar dalam ranah superhero mainstream.

Rekomendasi: Layak ditonton, terutama bagi mereka yang butuh pahlawan penuh empati dan harapan—meski hati-hati kalau AndađŸ”» sensitif terhadap CGI berlebihan atau storytelling ‘cluttered’.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *